Sabtu, 17 Desember 2011

Jadwal Semai Desa Rawang pasar IV Kec. Rawang Panca Arga

Jadwal semai dan tanam serta pemupukan dan insektisida Penanaman Padi mulai pengolahan tanah sampai Panen
Untuk satu pematang sawah para petani Desa rawang pasar IV kecamatan Kecamatan rawang panca arga memiliki jadwal dan semai dan tanam yang telah ditentukan. Untuk Musim tanam kedua pada tahun ini Petani desa rawang pasar IV mencoba untuk bertanam serentak untuk pertanaman padi di kecamatan kecamatan rawang panca arga khususnya. Dari beberapa musim tanam yang lalu desa rawang pasar IV adalah daerah yang pertama kali melakukan proses penanaman padi tetapi untuk musin tanam ini petani desa rawang pasar IV menunggu kecukupan kesediaan air secara merata di kecamatan kecamatan rawang panca arga Dengan alasan pengendalian hama burung dan juga untuk pengaturan kecukupan ketersediaan air yang pada keseluruhan area persawahan di Kecamatan rawang panca arga yang adalah persawahan tadah hujan. Perlu diinformasikan desa rawang pasar IV adalah daerah yang pertama kali yang dialiri oleh air dari tali air yang mengairi keseluruh daerah kecamatan rawang panca arga.

Untuk musim tanam ini bulan oktober- panen bulan februari dengan varietas Inpari 3 dan inpari 13. Dengan petani bapak Ermin di Desa rawang pasar IV menpunyai Jadwal semai dan tanam serta pemupukan dan insektisida Penanaman Padi mulai pengolahan tanah sampai Panen

Pengolahan tanah petani mencampurkan dolomite 25 Kg/rante dan Organik 25 Kg/rante
No
Tanggal perencanaan
Varietas Impari 3
1.
2.
27 Oktober 2011
15 November 2011
Semai padi varietas Impari 3
Tanam padi varietas Impari 3

Pemupukan padi varietas Impari 3
3.
4.
5.
25 November 2011
11 Desember 2011
26 Desember 2011
10 HST  pemupukan pertama I  SP36 5 Kg dan Za 5 Kg
25 HST  pemupukan pertama 2  SP36 5 Kg dan Za 5 Kg
40 HST  pemupukan pertama 3  phonska cair 5 Kg

Penyemprotan virtako  =  Hama dan Explore = Fungisida
6.
7.
8.
9.
30 November 2011
15 Desember 2011
30 Desember 2011
14 Januari 2011
15 HST Penyemprotan Aplikasi pertama
30 HST Penyemprotan Aplikasi kedua
45 HST Penyemprotan Aplikasi ketiga
60 HST Penyemprotan Aplikasi keempat
10.
15 Februari 2011
103 HST Panen

Untuk Jadwal semai dan tanam serta pemupukan dan insektisida Penanaman Padi mulai pengolahan tanah sampai Panen

Pengolahan tanah petani mencampurkan dolomite 25 Kg/rante dan Organik 25 Kg/rante
No
Tanggal perencanaan
Varietas Impari 13
1.
2.
04 November 2011
25 November 2011
Semai padi varietas Impari 13
Tanam padi varietas Impari 13

Pemupukan padi varietas Impari 13
3.
4.
5.
05 Desember 2011
20 Desember 2011
04 Januari 2011
10 HST  pemupukan pertama I  SP36 5 Kg dan Za 5 Kg
25 HST  pemupukan pertama 2  SP36 5 Kg dan Za 5 Kg
40 HST  pemupukan pertama 3  phonska cair 5 Kg

Penyemprotan virtako  =  Hama dan Explore = Fungisida
6.
7.
8.
9.
10 Desember 2011
25 Desember 2011
10 Januari 2011
25 Januari 2011
15 HST Penyemprotan Aplikasi pertama
30 HST Penyemprotan Aplikasi kedua
45 HST Penyemprotan Aplikasi ketiga
60 HST Penyemprotan Aplikasi keempat
10.
15 Februari 2011
103 HST Panen

B. Budi Daya Padi Sawah
Ada beberapa tahapan yang dilakukan para petani dalam malakukan budi daya padi sawah diantaranya yaitu : persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian dan pemberantasan hama dan penyakit serta panen.

1. Persemaian 
Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati (Anonima, 2008).
Benih yang dibutuhkan untuk ditanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 20 Kg. Benih yang hendak disemai sebelumnya harus direndam terlebih dahulu secara sempurna sekitar 2 x 24 jam, dalam ember atau wadah lainnya. Hal ini dilakukan agar benih dapat mengisap air yang dibutuhkan untuk perkecambahannya (Anonima, 2008).
Bedengan persemaian dibuat seluas 100 m2/20 Kg. lahan untuk persemaian ini sebelumnya harus diolah terlebih dahulu, pengolahan lahan untuk persemaian ini dilakukan dengan cara pencangkulan hingga tanah menjadi lumpur dan tidak lagi terdapat bongkahan tanah. Lahan yang sudah halus lumpurnya ini kemudian dipetak-petak dan antara petak-petak tersebut dibuat parit untuk mempernudah pengaturan air (Anonima, 2008).
Benih yang sudah direndam selama 2 x 24 jam dan sudah berkecambah ditebar dipersemaian secara hati-hati dan merata, hal ini didimaksudkan agar benih yang tumbuh tidak saling bertumpukan. Selain itu benih juga tidak harus terbenam kedalam tanah karena dapat menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen (penyebab penyakit tanaman) yang dapat menyebabkan busuknya kecambah. Pemupukan lahan persemaian dilakukan kira-kira pada umur satu minggu benih setelah ditanam (tabur). Kebutuhan pupuk yang digunakan yaitu, 2,5 Kg Urea, 2,5 Kg SP36 dan 1 Kg KCL (Anonima, 2008).

2. Pengolahan Tanah 
Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman. Tahapan pengolahan tanah sawah pada prinsipnya mencakup kegiatan–kegiatan sebagai berikut:
a. Pembersihan
 
Galengan sawah dibersihkan dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat agak tinggi. Fungsi utama galengan disaat awal untuk menahan air selama pengolahan tanah agar tidak mengalir keluar petakan. Fungsi selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan kebutuhan air selama ada tanaman padi (Anonimb, 2008).
Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rerumputan. Kegiatan tersebut bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang terbawa masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada bidang olah dibersihkan sebelum tanah diolah (Anonimb, 2008).
Jerami tersebut dapat dibakar atau diangkut ke tempat lain untuk pakan ternak, kompos, atau bahan bakar. Pembersihan sisa–sisa tanaman dapat dikerjakan dengan tangan dan cangkul (Anonimb, 2008).
b. Pencangkulan
Setelah dilakukan perbaikan galengan dan saluran, tahap berikutnya adalah pencangkulan. Sudut–sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak atau traktor. Pekerjaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat pengolahan tanah (Anonimb, 2008).
c. Pembajakan
 
Pembajakan dan penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua kegiatan tersebut bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap ditanami padi. Pengolahan tanah dilakukan dengan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah sawah digenangi air agar gembur. Lama penggenangan sawah dipengaruhi oleh kondisi tanah dan persiapan tanam. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali. Dengan pembajakan ini diharapkan gumpalan–gumpalan tanah terpecah menjadi kecil–kecil. Gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan dengan garu sehingga menjadi lumpur halus yang rata. Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata. Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan bedengan–bedengan. Antara bedengan satu dengan bedeng lainnya berupa saluran kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi galengan yang berguna untuk memperlancar air irigasi. (Anonimb, 2008).


3. Pelaksanaan Tanam
Setelah persiapan lahan beres maka bibit pun siap ditanam. Bibit biasanya dipindah saat umur 20–25 hari. Ciri bibit yang siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai, tinggi 22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit sehingga pertumbuhannya seragam.
Bibit ditanam dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air. Bibit ditanam dengan posisi tegak dan dalam satu lubang ditanam 2-3 bibit, dengan kedalaman tanam cukup 2 cm, karena jika kurang dari 2 cm bibit akan gampang hanyut. Jarak tanam padi biasanya 20 x 20 cm (Anonima, 2008).

4. Pemupukan
Tanah yang dibudidayakan cenderung kekurangan unsur hara bagi tanaman, oleh karena itu diperlukan penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk organik maupun pupuk anorganik. Dosis pupuk tanaman padi sawah sangat dipengaruhi oleh jenis dan tingkat kesuburan tanah, sejarah pemupukan yang diberikan dan jenis padi yang ditanam (Anonima, 2008).
Penggunaan dosis pupuk untuk padi sawah untuk lahan satu hektar adalah sebagai berikut Urea 200 Kg, SP36 200 Kg, dan KCL 100 Kg. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu kali budidaya (produksi) padi sawah. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 12 hari dengan dosis pupuk sepertiga dari kebutuhan pupuk keseluruhan, sedangkan sisa pupuk diberikan pada tahap kedua yaitu kira-kira pada waktu tanaman berumur 40 hari (Anonima, 2008).


5. Penyiangan (pengendalian gulma)
Perawatan dan pemelihraan tanaman sangat penting dalam pelaksanaan budidaya padi sawah. Hal-hal yang sering dilakukan oleh para petani adalah penyiangan (pengendalian gulma).
 
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang hidup bersama tanaman yang dibudidayakan. Penyiangan dilakukan 2 tahap, tahap pertama penyiangan dilakukan pada saat umur tanaman kurang lebih 15 hari dan tahap kedua pada saat umur tanaman berumur 30-35 hari. Penyiangan yang dilakukan adalah dengan cara mencabut gulma dan dimatikan dengan atau tanpa menggunakan alat, biasanya penyiangan ini dilakukan bersamaan dengan dengan kegiatan penyulaman (Anonimc, 2008).

6. Penyemprotan 
Hama yang sering ditemukan menyerang tanaman padi sawah adalah penggerek batang padi, walang sangit, wereng dan belalang. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan para petani adalah dengan menggunakan pestisida untuk lahan seluas satu hektar petani hanya membutuhkan 2 orang tenaga kerja dan dalam waktu satu hari pemyemprotan tersebut dapat diselesaikan (Anonimc, 2008).

7. Panen
Hasil padi yang berkualitas tidak hanya diperoleh dari penanganan budi daya yang baik saja, tetapi juga didukung oleh penanganan panennya. Waktu panen padi yang tepat yaitu jika gabah telah tua atau matang. Waktu panen tersebut berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah, dan mutu beras yang akan dihasilkan. Keterlambatan panen menyebabkan produksi menurun karena gabah banyak yang rontok. Waktu panen yang terlalu awal menyebabkan mutu gabah rendah, banyak beras yang pecah saat digiling, berbutir hijau, serta berbutir kapur (Anonim. 2008)
 
Panen padi untuk konsumsi biasanya dilakukan pada saat masak optimal. Adapun panen padi untuk benih memerlukan tambahan waktu agar pembentukan embrio gabah sempurna .
 
Saat panen di lapangan dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti tinggi tempat, musim tanam, pemeliharaan, pemupukan, dan varietas. Pada musim kemarau, tanaman biasanya dapat dipanen lebih awal. Jika dipupuk dengan nitrogen dosis tinggi, tanaman cenderung dapat dipanen lebih lama dari biasa. Panen yang baik dilakukan pada saat cuaca terang. Secara umum, padi dapat di panen pada umur antara 110–115 hari setelah tanam.
 
Kriteria tanaman padi yang siap dipanen adalah sebagai berikut :
1) Umur tanaman tersebut telah mencapai umur yang tertera pada deskripsi varietas tersebut.
2) Daun bendera dan 90% bulir padi telah menguning.
3) Malai padi menunduk karena menopang bulir-bulir yang bernas.
4) Butir gabah terasa keras bila ditekan.Apabila dikupas, tampak isi butir gabah berwarna putih dan keras bila di gigit.Biasanya gabah tersebut memiliki kadar air 22-25%.
Cara panen berbeda-beda tergantung kebiasan serta tingkat adopsi teknologi petani. Panen dapat dilakukan dengan cara memotong batang berikut malainya. Batang padi dipotong pada bagian bawah, tengah, atau atas dengan menggunakan sabit (arit). Gabah hasil panen kemudian dirontokan di sawah. Keterlambatan perontokan dapat menunda kegiatan pengeringan dan dimungkinkan gabah berbutir kuning.
 
Cara perontokan yang dipakai para petani dengan cara dihempaskan. Setahap demi setahap batang padi yang telah dipotong dihempas pada kayu atau kotak gebug agar gabah terlepas dari malai dan terkumpul di alas. Hempasan diulang 2–3 kali sehingga tidak ada gabah yang tertinggal di malai. Jerami kemudian ditumpuk di tempat yang lain (Junandar, 2008).

8. Umur panen
Ada beberapa cara untuk menentukan umur panen padi, yaitu berdasarkan: (1) Umur tanaman menurut diskripsi varietas, (2) Kadar air gabah, (3) Metode optimalisasi yaitu hari setelah berbunga rata, dan (4) Kenampakan malai (Setyono dan Hasanuddin 1997).
Waktu (umur) panen berdasarkan umur tanaman sesuai dengan diskripsi varietas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya varietas, iklim, dan tinggi tempat, sehingga umur panennya berbeda berkisar antara 5-10 hari. Berdasarkan kadar air, padi yang dipanen pada kadar air 21-26% memberikan hasil produksi optimum dan menghasilkan beras bermutu baik (Damardjati,1979; Damardjati dkk.,1981). Cara lain dalam penentuan umur panen yang cukup mudah dilaksanakan adalah metode optimalisasi.Dengan metode optimalisasi, padi dipanen pada saat malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga rata (HSB) sehingga dihasilkan gabah dan beras bermutu tinggi (Rumiati dan Soemadi,1982) Penentuan saat panen yang umum dilaksanakan petani adalah didasarkan kenampakan malai, yaitu 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning (Rumiati, 1982).

9. Alat panen dan cara panen
Alat panen yang sering digunakan dalam pemanenan padi, adalah (1) ani –ani, (2) sabit biasa dan (3) sabit bergerigi (BPS, 1996). Dengan diintroduksikannya varietas –varietas unggul baru padi yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek, maka terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani-ani ke penggunaan sabit biasa/sabit bergerigi. Dalam pemanenan padi tersebut menyebabkan kehilangan hasil rendah (Damardjati,dkk 1988, Nugraha dkk, 1990 b).

10. Pengendalian Hama Tikus Secara Kimiawi 
Umpan beracun. Cara pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan rodentisida, misalnya Ramortal, Dora, Klerat, Racumin, belerang, dan lainnya. Rodentisida yang dianjurkan sekarang adalah golongan anti koagulan yang bekerja lambat (tikus mati 2-14 hari setelah makan umpan beracun). Umumnya pelaksanaan pengendalian ini dengan memberikan umpan beracun kepada tikus. Namun sebelum dipasang umpan, perlu pemantauan tikus apakah populasinya tinggi atau belum. Tiap petakan sawah diberi sekitar 10 umpan, biasanya disediakan dulu umpan yang tidak beracun guna mengelabuhi tikus untuk tetap memakan umpan. Baru setelah beberapa lama, umpan beracun dipasang di sawah, (Anonimc, 2008).







4 komentar:

  1. MANTAP BOS... SEMOGA PETANI DIDESA KITA SEMAKIN MAJU...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pak Suriono...alamatnya dimana..dusun berapa...kok kkita ngk pernah ketemu

      Hapus
  2. Mantap bro,ohya posting dong contoh sinopsis penyuluhannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. pak Putra ujung JP....maaf pak...ada sedikit masalah untuk sinopsis penyuluhannya ngk bisa terposting....sabar pak ya..untuk infonya

      Hapus